Dari lebaran ke lebaran sepertinya kaum pemudik semakin dimanjakan. Mereka tidak perlu lagi berpanas-panasan untuk antre tiket, bus atau kereta, ataupun ditipu calo saat membeli tiket, sebab sekarang mereka bisa ikut program mudik bareng gratis.
Menjelang lebaran, beberapa tahun sebelumnya dan saat ini, semakin banyak pihak, seperti partai politik, perusahaan swasta, bahkan komunitas masyarakat daerah, yang mengorganisasi mudik secara massal dan gratis, bahkan sepanjang perjalanan pemudik diberi makan dan minum. Bila pengelola mudik bareng royal, pemudik diberi kaos dan topi serta atribut lainnya.
Lihat saja saat kita melintas di komplek Gelora Bung Karno, Jakarta, beberapa hari menjelang lebaran banyak terlihat pos pemberangkatan mudik bareng yang digelar berbagai perusahaan, seperti pabrik semen, perusahaan minum, dan ada partai politik. Pos pemberangkatan mudik itu nampak meriah, berbagai atribut mereka seperti bendera, baliho, dan umbul-umbul dipasang secara mencolok.
Akibat dari mudik bareng ini, ada pihak yang merasa dirugikan, yakni perusahaan otobus.
Dalam sebuah kabar di media massa diberitakan, perusahaan otobus mengalami penurunan omset tiket penjualan angkutan mudik. Menurut Boy Mando, agen tiket Bus Gumarang Jaya rute Jakarta-Padang mengatakan, kegiatan mudik gratis yang digelar banyak perusahaan, hanya menguntungkan warga yang mau mudik, tapi merugikan PO yang biasa melayani angkutan mudik lebaran di berbagai terminal di Jakarta. Dikatakan kepada sebuah media massa beberapa waktu yang lalu, mudik bareng gratis menurunkan omset penjualan tiket PO, yang biasanya H-7 tiket sudah terjual habis, sekarang hingga H-5 Lebaran tiket masih tersisa cukup banyak.
Lebih lanjut dalam berita itu dikatakan, tahun ini lebih turun dari tahun 2011. Tahun ini, tiket belum habis beberapa hari menjelang lebaran. Lima tahun lalu, H-7 tiket sudah habis. Sekarang, sejak H-7 hingga beberapa hari menjelang lebaran, dirinya hanya memberangkatkan tiga bus dengan total 120 penumpang.
Bagi pihak yang mengorganisir mudik bareng ada misi-misi sosial yang dilakukan, namun ada pula misi politik atau membangun citra untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Bagi perusahaan swasta, mudik bareng bisa dilakukan dengan tujuan untuk mengucapkan terima kasih atas loyalitas masyarakat yang telah menggunakan produknya. Bisa juga untuk mengikat masyarakat agar tetap mau menjadi distributor atau pedagang perusahaan swasta itu.
Bagi partai politik, menggelar mudik bareng tentu sebagai salah satu bentuk kampanye untuk kepentingan Pemilu 2014. Dengan mudik bareng inilah pengurus partai membangun citra bahwa partainya adalah partai politik yang peduli kepada masyarakat. Melalui ikatan emosional mudik bareng inilah, partai politik mencoba mengikat masyarakat untuk memilih partainya.
Kampanye atau membangun citra di saat mudik ini merupakan sebuah cara yang efektif untuk menebar pengaruh. Dalam arus mudik, jutaan orang secara bergelombang bergerak ke arah yang sama, seperti dari Jakarta menuju Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta; Jakarta menuju Sumatera; Bandung menuju Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jogjakarta; serta dari satu titik ke titik lainnya.
Menurut Menteri Perhubungan, E. E. Mangindaan, dalam sebuah berita, memprakirakan jumlah pemudik melalui angkutan jalan untuk tahun 2012 sebesar 5,5 juta penumpang, angkutan sungai dan penyeberangan danau, 3,3 juta penumpang, Kereta Api diprediksi 1,3 juta penumpang, untuk angkutan laut 1,5 juta penumpang, angkutan udara 3,2 juta penumpang. Dari data tersebut bisa dibandingkan bila tahun 2011 jumlah pemudik mencapai 13 juta orang maka di tahun 2012 ada sekitar 14,8 juta orang.
Bila partai politik mampu menebar citra dan pengaruh pada 14,8 juta pemudik, maka partai politik itu bisa masuk 3 besar peraih suara terbanyak dalam Pemilu 2014. Kenapa demikian? bila kita mengacu pada Pemilu 2009 terlihat perolehan suara partai politik adalah: Partai Demokrat 21.703.137 suara atau orang, Partai Golkar 15.037.757 suara, PDIP 14.600.091 suara, PKS 8.206.955 suara, PAN 6.254.580 suara, PPP 5.533.214 suara, PKB 5.146.122 suara, Gerindra 4.646.406 suara, dan Hanura 3.922.870 suara.
Dari data tersebut menunjukan bahwa jumlah pemilih partai politik seperti PKS, PAN, PPP, PKB, Gerindra, dan Hanura, tidak sebanyak jumlah pemudik di tahun 2011 atau 2012. Dengan demikian tak heran bila partai politik berlomba-lomba untuk menggelar mudik bareng. Lihat saja, PAN dalam mudik bareng tahun ini menyediakan 200 bus, PKB menyediakan 35 bus AC, Partai Golkar 120 bus, dan Partai Demokrat 109 bus. Mayoritas bus-bus itu mempunyai tujuan ke berbagai kota di pulau Jawa dan Sumatera.
Mudik bareng yang digelar partai politik itu baik-baik saja dan syah-syah saja, namun dengan adanya mudik bareng yang difasilitasi partai politik, menunjukan bahwa biaya politik yang dikeluarkan untuk kampanye semakin tinggi. Untung saja Idul Fitri setahun hanya sekali, bayangkan kalau Idul Fitri setahun dua kali. Semakin banyaknya kegiatan yang dilakukan partai politik untuk menjaring suara tentu akan mempengaruhi kondisi kas partai politik. Nah di sinilah perlunya transparansinya partai politik dalam mengelola keuangannya. Bila tidak transparan, jangan-jangan biaya mudik bareng itu diperoleh dari dana-dana yang tidak jelas, diambil dari ngentit proyek-proyek besar atau menaikan anggaran pembangunan. Selamat Idul Fitri 1433 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Ardi Winangun
Pengamat Sosial dan Budaya
Menjelang lebaran, beberapa tahun sebelumnya dan saat ini, semakin banyak pihak, seperti partai politik, perusahaan swasta, bahkan komunitas masyarakat daerah, yang mengorganisasi mudik secara massal dan gratis, bahkan sepanjang perjalanan pemudik diberi makan dan minum. Bila pengelola mudik bareng royal, pemudik diberi kaos dan topi serta atribut lainnya.
Lihat saja saat kita melintas di komplek Gelora Bung Karno, Jakarta, beberapa hari menjelang lebaran banyak terlihat pos pemberangkatan mudik bareng yang digelar berbagai perusahaan, seperti pabrik semen, perusahaan minum, dan ada partai politik. Pos pemberangkatan mudik itu nampak meriah, berbagai atribut mereka seperti bendera, baliho, dan umbul-umbul dipasang secara mencolok.
Akibat dari mudik bareng ini, ada pihak yang merasa dirugikan, yakni perusahaan otobus.
Dalam sebuah kabar di media massa diberitakan, perusahaan otobus mengalami penurunan omset tiket penjualan angkutan mudik. Menurut Boy Mando, agen tiket Bus Gumarang Jaya rute Jakarta-Padang mengatakan, kegiatan mudik gratis yang digelar banyak perusahaan, hanya menguntungkan warga yang mau mudik, tapi merugikan PO yang biasa melayani angkutan mudik lebaran di berbagai terminal di Jakarta. Dikatakan kepada sebuah media massa beberapa waktu yang lalu, mudik bareng gratis menurunkan omset penjualan tiket PO, yang biasanya H-7 tiket sudah terjual habis, sekarang hingga H-5 Lebaran tiket masih tersisa cukup banyak.
Lebih lanjut dalam berita itu dikatakan, tahun ini lebih turun dari tahun 2011. Tahun ini, tiket belum habis beberapa hari menjelang lebaran. Lima tahun lalu, H-7 tiket sudah habis. Sekarang, sejak H-7 hingga beberapa hari menjelang lebaran, dirinya hanya memberangkatkan tiga bus dengan total 120 penumpang.
Bagi pihak yang mengorganisir mudik bareng ada misi-misi sosial yang dilakukan, namun ada pula misi politik atau membangun citra untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Bagi perusahaan swasta, mudik bareng bisa dilakukan dengan tujuan untuk mengucapkan terima kasih atas loyalitas masyarakat yang telah menggunakan produknya. Bisa juga untuk mengikat masyarakat agar tetap mau menjadi distributor atau pedagang perusahaan swasta itu.
Bagi partai politik, menggelar mudik bareng tentu sebagai salah satu bentuk kampanye untuk kepentingan Pemilu 2014. Dengan mudik bareng inilah pengurus partai membangun citra bahwa partainya adalah partai politik yang peduli kepada masyarakat. Melalui ikatan emosional mudik bareng inilah, partai politik mencoba mengikat masyarakat untuk memilih partainya.
Kampanye atau membangun citra di saat mudik ini merupakan sebuah cara yang efektif untuk menebar pengaruh. Dalam arus mudik, jutaan orang secara bergelombang bergerak ke arah yang sama, seperti dari Jakarta menuju Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta; Jakarta menuju Sumatera; Bandung menuju Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jogjakarta; serta dari satu titik ke titik lainnya.
Menurut Menteri Perhubungan, E. E. Mangindaan, dalam sebuah berita, memprakirakan jumlah pemudik melalui angkutan jalan untuk tahun 2012 sebesar 5,5 juta penumpang, angkutan sungai dan penyeberangan danau, 3,3 juta penumpang, Kereta Api diprediksi 1,3 juta penumpang, untuk angkutan laut 1,5 juta penumpang, angkutan udara 3,2 juta penumpang. Dari data tersebut bisa dibandingkan bila tahun 2011 jumlah pemudik mencapai 13 juta orang maka di tahun 2012 ada sekitar 14,8 juta orang.
Bila partai politik mampu menebar citra dan pengaruh pada 14,8 juta pemudik, maka partai politik itu bisa masuk 3 besar peraih suara terbanyak dalam Pemilu 2014. Kenapa demikian? bila kita mengacu pada Pemilu 2009 terlihat perolehan suara partai politik adalah: Partai Demokrat 21.703.137 suara atau orang, Partai Golkar 15.037.757 suara, PDIP 14.600.091 suara, PKS 8.206.955 suara, PAN 6.254.580 suara, PPP 5.533.214 suara, PKB 5.146.122 suara, Gerindra 4.646.406 suara, dan Hanura 3.922.870 suara.
Dari data tersebut menunjukan bahwa jumlah pemilih partai politik seperti PKS, PAN, PPP, PKB, Gerindra, dan Hanura, tidak sebanyak jumlah pemudik di tahun 2011 atau 2012. Dengan demikian tak heran bila partai politik berlomba-lomba untuk menggelar mudik bareng. Lihat saja, PAN dalam mudik bareng tahun ini menyediakan 200 bus, PKB menyediakan 35 bus AC, Partai Golkar 120 bus, dan Partai Demokrat 109 bus. Mayoritas bus-bus itu mempunyai tujuan ke berbagai kota di pulau Jawa dan Sumatera.
Mudik bareng yang digelar partai politik itu baik-baik saja dan syah-syah saja, namun dengan adanya mudik bareng yang difasilitasi partai politik, menunjukan bahwa biaya politik yang dikeluarkan untuk kampanye semakin tinggi. Untung saja Idul Fitri setahun hanya sekali, bayangkan kalau Idul Fitri setahun dua kali. Semakin banyaknya kegiatan yang dilakukan partai politik untuk menjaring suara tentu akan mempengaruhi kondisi kas partai politik. Nah di sinilah perlunya transparansinya partai politik dalam mengelola keuangannya. Bila tidak transparan, jangan-jangan biaya mudik bareng itu diperoleh dari dana-dana yang tidak jelas, diambil dari ngentit proyek-proyek besar atau menaikan anggaran pembangunan. Selamat Idul Fitri 1433 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Ardi Winangun
Pengamat Sosial dan Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar